Jumat, 01 April 2016

Daun


bulir embun pagi tak pernah takut meninggalkan daun indah di pagi hari
meski mentari memaksa ia harus pergi
daun nan indah pun tak pernah gusar pada mentari
meski sendiri, baginya pergi bukanlah pilihan hati

siapa sangka ada tetesan hujan berlabuh tiba tiba?
hujan, begitu menggoda untuk dedaunan dikala kemarau melanda
menyegarkan, menghibur duka nestapa
tentunya melepas dahaga, hingga meluluhkan setia
tapi daun setia bukanlah wanita yang seperti dia

lihatlah, pagi mana yang kau temui daunan tak berembun?
serumpun, dua rumpun bahkan pohon pohon rimbun
terlihat selalu anggun saat engkau terbangun
sejauh mata memandang, sejauh hati menjadi tertegun

duhai, bulir embun pagi nan malang
mentari begitu kuasa untuk kau tantang
hujan begitu perkasa untuk kau hadang
tapi..
beruntungnya dirimu, daun setia tetaplah menunggu
hingga malam malam datang, ia tetaplah menantimu

semua mengalir dengan seadanya,
karena setelah siang, akan datang malam - malam bersamanya
semua terjadi begitu saja
karena setelah siang akan ada malam malam bersahaja

daun setia, tetaplah bersama bulir embun pagi
genggam jiwa dan hati
jangan seperti perempuan setengah hati
saat lelah lalu pergi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar